Sebelum baca post kali ini, silakan baca dulu post saya yang sebelumnya SERVOMECHANISMS 1 agar lebih mudah memahami. Pasti diantara kita sudah sangat akrab dengan kosa-kata “kompetensi”. Kompetensi biasanya menggambarkan suatu tingkat kemampuan/skill yang telah melekat teraplikasi pada diri seseorang.
Sebagai suatu hal yang menggambarkan sebuah tingkat kemampuan, maka kompetensi pun juga mewakili sebuah proses pembelajaran dari tingkat yang terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi.
Competency is sometimes thought of as being shown in action in a situation and context that might be different the next time a person has to act. In emergencies, competent people may react to a situation following behaviors they have previously found to succeed. To be competent a person would need to be able to interpret the situation in the context and to have a repertoire of possible actions to take and have trained in the possible actions in the repertoire, if this is relevant. Regardless of training, competency would grow through experience and the extent of an individual to learn and adapt.
Secara umum terdapat 4 tingkatan kompetensi, yaitu :
- Unconscious Incompetence : Tidak menyadari bahwa tidak mampu
- Conscious Incompetence : Menyadari bahwa tidak mampu
- Conscious Competence : Menyadari bahwa mampu
- Unconscious Competence : Tidak menyadari bahwa mampu
Ketika kita telah mencapai tingkatan “Unconscious Competence” untuk hal apapun juga, maka kita telah mencapai tingkatan “Master”, yaitu dapat melakukan hal dimaksud dengan “tanpa sadar”, atau berlangsung begitu saja, nyaris tanpa usaha yang berarti.
Misal : Ketika kita dapat menyetir mobil, tanpa perlu berpikir kapan harus menginjak kopling, gas, rem, atau mengoper gigi, bermakna bahwa kita sudah mencapai tingkatan Unconscious Competence, atau kita sudah menjadi seorang “Master” dalam hal menyetir mobil.
Nah, sesungguhnya dalam kehidupan ini, kita semua adalah para “Master” di berbagai hal di kehidupan, mari kita amati sejenak diri kita dan sekeliling kita :
Jika kita adalah pribadi emosional dan sangat mudah marah dalam kesempatan apapun juga, maka sesungguhnya “kemampuan marah” kita sudah mencapai tahap “Unconscious Competence”, atau dengan kata lain kita adalah seorang “Master” di bidang ini.
Jika kita menemui seseorang yang sangat sabar, maka sesungguhnya ia telah mencapai tingkatan “Unconscious Competence”, sehingga untuk menjadi sabar ia nyaris tidak membutuhkan usaha apapun juga.
Jika Anda adalah sosok yang mudah memperoleh rejeki, maka Anda pastilah seorang “Master Kemakmuran”, Anda telah mencapai kompetensi tertinggi, sehingga Anda dengan mudah memperoleh rejeki, dengan usaha yang sangat minimal. Ini pernah saya bahas dipost saya yang berjudul Sadar Kaya
Jika Anda cenderung mudah untuk mendapatkan musuh, bahkan dimana saja dan kapanpun juga dengan cepat Anda memasuki situasi yang membuat Anda selalu punya alasan untuk bermusuhan, maka Andapun sudah menjadi seorang Master.
Mari kita sejenak mengingat kembali perjalanan hidup kita. Kondisi apakah yang sangat mudah bagi kita untuk mendapatkannya ? Bahkan tanpa usahapun kita dengan mudah mencapainya ? Bahkan banyak peristiwa “kebetulan” yang mengantarkan kita ke kondisi tersebut ? Ini adalah kemampuan kita yang telah mencapai tingkatan “Unconscious Competence”, entah sebenarnya kita menginginkannya atau tidak !
Jika kita sering mengalami hal-hal negatif yang tidak kita inginkan dalam kehidupan kita, dimana hal ini selalu berlangsung dengan mudahnya, maka waspadalah, mungkin kita telah menjadi seorang Master untuk hal-hal semacam ini !
Berita baiknya, kini kitapun dapat mencapai apapun juga yang kita inginkan dalam kehidupan ini, karena sesungguhnya ini adalah persoalan kompetensi, dan kompetensi adalah sesuatu yang dapat diperjuangkan dan diraih, seperti halnya “menyetir mobil”.
4 Comments
Ulasan yang menarik, sampe aku harus baca berulang ulang. Kayaknya aku disini deh Unconscious Incompetence : Tidak menyadari bahwa tidak mampu. Tadinya aku nggak pe de buat nulis di blog 😀 ha ha ha ha ha Tapi ya kaget juga banyak yang suka…
Memiliki kompetensi dan terus-menerus memperbaruinya secara otomatis menaikkan nilai jual kita sendiri ya….:)
kalo saya melakukan sesuatu serba tanggung jd gak bisa dibilang master 😀
Keren, ternyata memang belajar itu tak pernah habisnya. Sudah ada pula istilah baru servo mechanisme.