Sebelum membaca lebih jauh artikel ini, saya sarankan Anda untuk membaca entri saya terdahulu disini. Saya sangat tertarik pada fenomena yang biasa disebut dengan “kesadaran”. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan istilah consciousness dan awareness. Pada tahun 1965, H.H. Kornhuber dan L. Deeke membuat project penelitian bersama dan kemudian menemukan bahwa ternyata aktifitas otak sudah mendahului sekitar 500 – 1000 milisekon sebelum akhirnya sebuah keputusan diambil.
Lalu, trerobosan studi terbaru lainnya dilakukan pada tahun 1980an oleh Benjamin Libet yang juga turut mengkonfirmasi bahwa otak manusia sudah lebih dulu mengirim pesan pada otot-otot untuk menekan sebuah tombol sekitar 200 milisekon sebelum seseorang membuat keputusan untuk benar benar menekan tombol.
“More than 20 years ago the American brain scientist Benjamin Libet found a brain signal, the so-called ‘readiness-potential’ that occurred a fraction of a second before a conscious decision. Many scientists argued that if our decisions are prepared unconsciously by the brain, then our feeling of free will must be an illusion.”
Kita seringnya termanipulasi oleh ilusi bahwa keinginan kitalah yang memutuskan ingin membeli sesuatu, memakan sesuatu, membaca sesuatu, memberi sesuatu dll… padahal… keputusan itu sudah dibuat jauh sebelum kita benar benar menginginkannya.
Pertanyaannya bukanlah apakah Anda melakukan seperti itu atau tidak, karena Anda pasti bersikap seperti itu. Pertanyaannya sesungguhnya adalah seberapa banyak dari keputusan penting dalam hidup Anda yang diputuskan sesuai dengan fungsi otak fisik saja, bukannya fungsi kesadaran penuh?
Hasil temuan Libet dilanjutkan oleh penelitian John-Dyland Haynes pada tahun 2008. Ia menjelaskan dalam publikasi Nature Neuroscience bahwa kini mesin pemindai otak (brain scanner) sudah dapat mendeteksi keputusan seseorang hingga sepuluh detik sebelum orang tersebut sadar akan keputusan yang diambilnya.
“There has been a long controversy as to whether subjectively ‘free’ decisions are determined by brain activity ahead of time. We found that the outcome of a decision can be encoded in brain activity of prefrontal and parietal cortex up to 10 seconds before it enters awareness. This delay presumably reflects the operation of a network of high-level control areas that begin to prepare an upcoming decision long before it enters awareness.”
Dengan kata lain, kemungkinan besar kita tidak pernah benar-benar memutuskan sesuatu secara intelektual. Otak kita lah yang membuat keputusan tersebut, bukan pikiran ataupun kesadaran kita. Kita tidak memiliki kebebasan berlogika dan berpikir seperti yang pernah kita duga sebelumnya, melainkan hanyalah sekedar mengikuti apa yang otak fisik kita sudah programkan saja. Itu sebabnya Anda kadang pernah kebingungan mengapa bisa terjerumus ke sebuah situasi yang sebenarnya merugikan atau berakibat negatif.
Sekarang coba telusuri situasi dan kondisi-kondisi sulit yang (mungkin) sedang Anda hadapai saat ini. Apakah Anda (sudah) bertindak sesuai dengan kesadaran dan pikiran yang sehat, atau jangan-jangan hanya mengikuti emosi, insting dan impuls-impuls mentah yang dikalkulasikan oleh otak fisik Anda ?
2 Comments
Benar-benar kagum saya pada ciptaan Tuhan ini, ya. Gak nyangka ternyata sebelum motorik bertindak otak sudah bekerja duluan.
salam
I like it a lot..makes me sad a lil bit, cz so many bad things happen right now and i regret it…but after i read this, i think everything happen for a reason,,and the only thing that can change it is God..