Melanjutkan pembahasan Paradoks Kebahagiaan di post sebelumnya, kali ini ada sebuah hasil reset lain lagi yang cukup mengagetkan di Universitas Rochester, US – well, sebenarnya saya tidak terlalu kaget.
Simple-nya, hasil riset ini mengatakan bahwa : Bukan saja kebahagiaan tidak terletak pada sisi akibat, tetapi juga kebahagiaan berada ribuan kilometer jauhnya dari hal-hal yang terlihat menyenangkan. So, semakin kita berhasil menciptakan kebebasan finansial, kesempurnaan fisik, dan hidup yang populer, maka semakin juga kita merasakan kurang bahagia.
“What’s striking and paradoxical about this research is that it shows that reaching materialistic and image-related milestones actually contributes to ill-being; despite their accomplishments, individuals experience more negative emotions like shame and anger and more physical symptoms of anxiety such as headaches, stomachaches, and loss of energy.”
Saya sendiri telah banyak melihat dan mengalami sendiri bagaimana hasil penemuan itu benar-benar sungguh nyata, lebih dari sekedar teori di atas kertas belaka saja. Anehnya, jika kita datang ke pertemuan bisnis tipikal Multi Level Marketing, Anda akan mendapatkan suasana yang jauh berbeda. Mereka (akan) terlihat begitu bahagia dengan peraihan tingkat-tingkat prestasi tertentu dalam struktur organisasinya. Mereka menampilkan banyak foto-foto orang bersenyum lebar dengan deretan gigi putih sehat dengan latar belakang Menara Eiffel, Colosseum, dan kapal-kapal pesiar atau bahkan pesawat pribadi.
Mereka terlihat… bahagia!
Mengapa bertentangan dengan riset dari para ilmuan di atas? Saya beritahu kata kuncinya: terlihat. Jika hanya sekedar mengamati, Anda akan terkecoh dengan apa yang diterima oleh sensor-sensor visual.
Saya tidak mengatakan sikap-sikap tersebut salah atau buruk, melainkan hanya menggugah kesadaran kita saja. Siapa tahu apa yang Anda baru ketahui hari ini bisa menjelaskan masalah-masalah besar yang menghantui Anda entah semenjak berapa lama yang lalu.
“Individuals who value personal growth, close relationships, community involvement, and physical health are more satisfied as they meet success in those areas. They experience a deeper sense of well-being, more positive feelings toward themselves, richer connections with others, and fewer physical signs of stress.”
Sekarang, kenali apa yang Anda kejar selama bertahun-tahun ini. Lalu tentukan pilihan Anda: mengejar kebahagiaan atau ilusi kebahagiaan?
2 Comments
Renungan akhir tahun yang sungguh berharga, bahagia yang sederhana di seputar keseharian saja. Terima kasih Mas, berbagi bahagia
Saya mengejar kebahagian dan kebercukupan 🙂
Bahagia ternyata bisa didapatkan dari hal-hal sederhana.